Thursday 27 July 2017

Kelinci Mati

Saat pulang sekolah, melihat Umi sedang tidur, Harish segera merebahkan diri di sisi beliau tanpa mengganti pakaian sekolahnya.

Saat bangun, Harish menangis keras dengan nada yang sangat sedih, tetapi terselip aura marah dan jengkel.

"Harish kenapa?" tanya Umi, meraih anaknya ke dalam pelukan. Harish memeluk erat, tapi tetap menangis. Umi meraih gelas yang ada di meja dan menyodorkan pada Harish, tapi dia menggeleng.

Abi mendekat dan menuntunnya ke kamar mandi, tanpa kata, membantu Harish membuka baju.

Setelah berganti pakaian dan sholat Ashar, masih dengan wajah cemberut, Harish duduk di kursi tanpa melakukan apapun, tidak seperti biasanya yang tak mau diam.

"Harish kenapa?" tanya Umi, membelai kepalanya.

"Kelincinya mati!" jawabnya, dengan nada sedih campur marah.

"Setiap makhluk hidup pasti akan mati, tinggal nunggu gilirannya," hibur Umi.

"Tapi kemarin Harish bilang sama Abi, buatin kandang!"

"Lah, bukannya sudah dibuatin?"

"Nggak ada tutupnya, jadi dimakan hewan lain, nggak tau apa, kucing atau apa," jelas Harish, masih dengan cemberut.

Kelinci itu dibeli sudah lebih dari seminggu, selama ini hanya dikandangkan di keranjang cucian yang tidak begitu besar, sehingga kurang leluasa. Kasihan kelincinya hanya di dalam rumah, kalau tidak di kandang, keluar masuk kamar dan Umi merasa terganggu, khawatir kotorannya tidak terkontrol. Itu sebabnya Umi minta kelinci di pindahkan ke Rumah Tahfidz yang halaman belakangnya luas, dibuatkan kaandang dari kawat.

"Harish, kita boleh memelihara hewan, tapi semua keperluannya disiapkan dulu. Kalau kelinci, ya siapkan kandang yang memadai, sehingga dia bebas bergerak dan melompat, makanannya juga dicukupi. Kita nggak boleh mendzolimi hewan."

"Jadi Harish boleh beli kelinci lagi?" tanyanya, penuh harap.

"Boleh, kalau bisa memenuhi syaratnya. Jangan sampai Umi yang harus mencarikan dan memberi makan, atau Abi. Kan Umi dan Abi ada tanggung jawab lain."

"Horeeee!

Tuesday 26 July 2016

Gara-gara Sepeda

Sampai jam 6, Harish belum juga turun.

Umi : Ayo Harish, bangun, sudah jam 6.

Harish : Harish nggak mau sekolah (malah nangis)

Umi : Sini, turun dulu.

Suara langkah dengan kaki yang digentakkan, terdengar, diiringi tangis. Samapi bawah, langsung menghambur ke pelukan Umi.

Abi : Kalau kecapean, terus nggak mau sekolah, sepedanya disimpan lagi, ya?

Lha, nangisnya malah tambah kencang.

Hmm, apapun harus dilakukan untuk menyelamatkan.

Abi : Abi rebusin air, nanti mandi air hangat biar segar.

Umi : Hafa, tolong nasi Harish bawa sini, Umi suapin dulu!

Hi hi hi, makan campur iler.

Umi : Nanti, sambil nunggu Mbak Hafa, Harish tiduran aja di beranda masjid, istirahat. Sampai rumah, trus mandi, trus shalat Ashar, baru deh main. Jam 5 sore, berhenti, jangan sampai mau maghrib.

Dua suap, tangisnya mereda. Habis setengahnya, sudah mulai ngomong.

Harish : Kemarin Harish duduk di kursi, nungguin Mbak Hafanya.

Makanan habis, sudah ketawa-ketawa.

Harish : Nanti Harish makan lagi. Lah.

Umi : Sekarang mandi, trus pakai baju, trus shalat.

Setengah tujuh shalat subuh, ha ha ha, waktu dhuha, niatnya subuh, piye tho, Rish?

Jam 07.40 beres cipika cipiki, berangkat.

Monday 18 July 2016

Sudah SD

Umi : Harish, shalat maghrib sama Abi.

Harish : Harish shalat di rumah aja, sendiri.

***

Harish : Mi, pinjam Qur'an, ya?

Umi : Bukannya pake iqro?

Harish : Harish, kan sudah qur'an, sudah SD gitu, lho.

Umi : Lhooo?

Hany : Yo, ngaji sama Mbak Hany.

Harish : Nggak mau ngaji sama Mbak Hany!

Hany : Allah!

***

Harish : Mbak Husna, yang Alhamdu mana?

Husna : Harish belum bisa baca! Ini, yang depan.

Harish : Kalau yang nama surat, belum tau. Yang Qulhu, mana?

Husna : Nih, yang belakang.

***

Harish : Umi, A'udzubillahnya, mana?

Umi : Nggak ada, yang ini Bismillah.

Harish : Alhamdu, mana? Ini, bukan?

Umi : Bacanya dari kanan, Rish. Lupa, ya, sudah lama nggak baca iqro?

Harish : Emang Rasulullah, begitu?

Ck ck ck 😃😃😃

***
Harish : Umi, Harish sudah baca Al-Fatihah, dua kali.

😃😃😃

Wednesday 13 July 2016

Sunat

Alhamdulillah, kemarin Harish sunat, berjalan sesuai rencana, hanya masalah teknis yang ada sedikit perubahan.

Harish sudah siap di tempat tidur ruang praktek terapi. Sesuai rencana, Harish boleh monton youtube dengan tab umi selama proses berlangsung. Alhamdulillah, perawat senior teman abi dan umi yang menangani, bersedia ke rumah, untuk mengurangi masalah yang muncul di luar keperluan sunat, terutama psikologis Harish.

Ami : Siap, Harish?

Harish mengangguk, sambil matanya tak lepas dari layar tab. Umi deg-degan, mungkin Harish juga.

Ami : Ami mau cerita dulu, ya. Sebelum disunat, nanti Harish disuntik dulu tiga kali, akan terasa sedikit sakit. Pada saat sunat, nggak sakit lagi. Satu lagi, nanti kalau terasa sakit ditahan ya, bokongnya jangan diangkat.

Harish : Harish ingat disuntik waktu kepala Harish bocor, kan?

Harish mengangguk lagi.

Ami : Yok kita doa dulu, Ya Allah, Harish mau sunat, mudahkanlah yaa Allah.

Umi : Aamiin.

***

Alhamdulillah, semua lancar, hanya sedikit rintihan saat di suntik dan di jahitan terakhir, mungkin pengaruh biusnya mulai berkurang. Harish tidak melihat langsung prosesnya, setelah selesai, baru ditunjukkan hasil jepretan dan rekamannya.

Keluhannya hanya bosan, pengen pakai celana, pengen ke kamar atas, tapi belum boleh. Mbaknya menghibur dengan memberi hadiah es krim berbagai rasa serta jajanan kesukaannya.

Herannya, pagi Harish sunat, siangnya Umi migren. Apa ini wujud bersitan hati yang khawatir Harish rewel, biar Umi yang sakit asal Harish nggak rewel, ya? He he.

Jadi dua pasiennya, untunglah abi sigap mengurus Harish di bagian pertoiletan, tiga mbaknya sigap mengurus yang lainnya, terutama melayani Harish ngobrol dan menemani mainan.

Pagi-pagi abi laporan, semalam Harish sama sekali nggak rewel. Barusan ke kamar Umi, Harish sudah pakai celana.

Alhamdulillah, semoga semua akan baik-baik sampai sembuh sempurna, aamiin.

Monday 11 July 2016

Jujur dan Sopan Santun

Harish : Hii, Abi ini kayak Mbak Husna, kuenya dicium dulu, kan nggak boleh?

Hhhhh! Harish! Untung tuan rumah sedang masuk, tidak mendengar omongannya.

Hal-hal seperti inilah yang kadang-kadang membingungkan orang tua, antara mengajarkan kejujuran pada anak dan bersikap sopan santun pada orang lain.

Anak-anaķ biasanya spontan, jujur mengatakan apa yang dirasanya, sedang dalam bergaul, terkadang kita harus banyak pertimbangan dalam berucap dan bersikap untuk menjaga perasaan dan hubungan baik dengan orang lain.

Contoh di atas, secara kesehatan dan penjagaan diri, mencium makanan sebelum dikonsumsi merupakan tindakan kehati-hatian, terutama makanan yang dicurigai ada kemungkinan basi karena bukan yang baru dimasak. Hidangan lebaran sangat memungkinkan mengalami itu, mengingat hampir semuanya makanan yang dimasak beberapa hari sebelumnya, sedang beberapa makanan tidak bisa panjang umurnya, terutama kue-kue basah.  Tetapi, bagaimana perasaan tuan rumah jika memergoki tamunya mencium hidangannya sebelum dimakan?

Sampai saat ini pun saya belum menemukan cara jitu untuk meramunya agar kejujuran tetap terjaga, sopan santun juga terlaksana. Yaaaah, disesuaikan dengan karakter anak dan kondisi yang ditemui, walau kadang tak bisa berkutik dengan cantik. Pasrah!

Saturday 9 July 2016

Lebaran 2 (Mi ayam Bulek Top)

Abi : Kalau sudah mandi dan sarapan semua, yok kita jalan lagi.

Harish : Naik mobil apa jalan kaki, Bi?

Abi : Jalan aja, deket.

Hafa : Kemana aja, Bi?

Abi : Mbak Wati, Le Sul sama Bulek Top.

Hany : Bulek Top yang jual mi ayam, kan?

Abi : iya.

Husna : Asyeeeek!

Ara : Enak, ya?

Umi : Dicoba aja nanti, yang jelas minya buat sendiri tanpa pengawet.

Friday 8 July 2016

Lebaran 1

Harish : Umi, kita ke Metronya kapan?

Umi : Nanti agak siang, kita silaturahim ke tetangga dulu.

Harish : Biar dapat THR, ya?

Hany : Ha ha ha, ngarep! Jangan berharap sama manusia.

Harish : Kan kalau lebaran memang bagi-bagi THR?

Umi : Tapi nggak harus, kalau rizkinya ada, ya bagus-bagus aja berbagi, tapi jangan memaksakan diri.

Husna : Abi sudah ngasih, Umi ngasih THR juga, kan?

Umi : Iya, ada.

Hafa : Alhmdulillah.

***

Harish : Umi, kita ke Metro mana aja?

Umi : Pertama ketemu Mbah dulu tempat Pakde Gun, trus ke Mbah Wawak, trus ke Mbah Mamang.

Harish : Nggak ke Metro Ilyas, Mi?

Umi : Ilyas kan ke tempat Pak De Gun juga, kita ketmu di sana.

Harish : Pengen tempat Ilyas,mljo, mau main sepeda.

Umi : Ya nanti dilihat kondisinya dulu.

Husna : Ada Bude Atik, nggak?

Umi : Bude otw, mungkin sore baru sampai.